Dari Puncak, Ku Melihat Sosoknya Tersenyum sambil menggempalkan tangan sembari mengatakan semangat J . Sosok yang cukup berpengaruh dalam pembentukan karakter ku selama ini, dia yang selalu mengingatkan ku ketika aku berada pada persimpangan jalan yang fatamorgana, dia yang juga memotivasi diriku, hingga jiwa ini begitu membuncah untuk menggapai mimpi2 itu. Dia yang menemaniku ketika seluruh dunia harus membisu dengan diriku, dia yang begitu peduli dengan diriku hingga jiwa ini merasakan kecanduan yang mendalam akan perhatian itu.
Rasanya baru kemaren aku menghabiskan waktu dengan dirinya, walau sekedar mengobrol atau terkadang saling ledek satu lama lain. Sharing pengalaman, belajar, berbagi cerita, berbagi masalah, saling mengingatkan, saling memotivasi, saling berbagi mimpi dan cita-cita hingga akhirnya kita saling memahami dan tak terasa rasanya kita berada dititik yang terlalu jauh untuk keadaan ini, tapi apa daya hati mempunyai logika sendiri, dia tidak akan pernah berbohong dengan apa yang ia rasakan. Entah kenapa inilah yang mungkin sering dibilang orang “Chemistry”. Benar kata Kahlil Gibran Rasa itu tumbuh karena ada kecocokan jiwa.
Hati ini begitu tergetar ketika tahu bahwa kepribadian yang bersemayam dalam dirnya begitu mempesona . Dalam Kedewasaannya juga terdapat sisi manja yang menambah warna dari kepribadian itu sendiri. Sebenarnya bukan hanya sekali ini saya menemui kasus yang rumit tapi mengesankan ini dulu semasa SMA saya juga sering menemui hal seperti ini, tapi menurutku ini yang paling istimewa, saya tidak tahu, kenapa saya memilih kasus ini yang paling istimewa atau mungkin karena jiwa ini sekarang masih terbelenggu akan pesona2 dirinya, atau karena pikiran ini hanya tertuju pada dirinya hingga aku harus menilainya secara subjektif.
Tapi jujur aku merasa beruntung dan bahagia dapat mengenal bahkan bisa memahaminya lebih jauh, walau sebenarnya diri ini tak pantas untuk mendapatkan hal itu. Dan aku memang harus berterima kasih padanya yang sewaktu-waktu berani mengingatkan ku dengan tegas, dan juga sewaktu-waktu bisa menjadi anak kecil yang ingin dimanja. Inilah kasus yang paling rumit yang pernah kutemui dan tak dapat kupecahkan teka-tekinya, Ku bagai terjebak dalam labirin kebingungan oleh rasa ini. Saya yakin belum ada formula yang tertulis yang dapat memecahkannya, walau harus dengan integral tingkat tinggi atau dengan turunan lapis tujuhpun tak akan terselesaikan. Kecuali oleh mereka yang disebut “keberanian dan pengorbanan”. Terkadang dalam cinta ketika kita yakin cinta itu milik kita dan dengan diringi niat yang tulus mengapa kita tidak cepat-cepat untuk berani mengambilnya dan mendekapnya hingga tak seorangpun bisa mengusiknya, dan sebaliknya ketika keadaan membuatnya tak dapat kita raih maka kita harus rela berkorban demi kebahagiannya, “cinta tak harus memiliki” filosofi yang sering orang pakai untuk kasus ini tapi yakinlah sejatinya kita memang tidak punya apa-apa di dunia ini kecuali milik ALLAH.
Ini mengingatkan ku akan kata dari Salim A.Fillah bahwa kita lah yang harus bisa menaklukkan cinta jangan sampai cinta yang menaklukkan kita, jalan cinta para pejuang memang tidak ada yang mulus butuh keberanian dan pengorbanan untuk mengekstraksinya menjadi sebuah kebahagian. Sekali lagi kuucapkan terima kasih kepada dirinya yang kehadirannya dalam benakku membuat semangatku kembali bergelora ketika aku terlalu terlena .
“Ya Allah dekatkan dan pertemukanlah aku dengan jodohku pada waktu yang tepat dan situasi yang tepat“. Inilah doa pengharapan sekaligus jawaban dari kasus ini. Semuanya kuserahkan pada Allah karena memang tujuan ku baik. Ketika aku mencintai seseorang aku tak kan pernah membiarkan dirinya mengalami kesulitan atau kesengsaraan walau sedikitpun, aku akan berusaha membuatnya bahagia hingga ia merasa hanya dia yang menghuni bumi ini. Terima kasih...