Kasih sayang "Ibu"

“Ibu”, mendengar kata tersebut bergetarlah hati kita, air mata berderai  berjatuhan dalam muhasabah panjang  saat penceramah menyentuh renungan tentang ibu kita, kita diingatkan akan jasa mereka kemudian diukur dengan apa yang telah kita perbuat untuk mereka, air mata  semakin deras jatuh saat membayangkan  wajah keriput ibu kita yang dimakan usia. Betapa berharga makna Ibu buat seisi dunia.

Ibarat sinar mentari
Begitulah kasih ibu…
Sepanjang jalan tak akan terbatas 
Terurai begitu indahnya…

Tutur katamu adalah harapan, do’a
Nasihat yang berguna sepanjang masa
Hanya mutiara yang keluar dari bibirmu
Keridhaanmu adalah ridha Ilahi

Kita tak akan pernah lupa binar matanya dan Sungguh kita akan terus mengingat ekspresi penuh cinta ketika bunda tersenyum bagai pelangi selepas hujan, atau purnama Penuh dilangit malam.
Aku sayang bunda. Sungguh. Meski aku tahu sayang ini hanya seujung kuku dari bentang cakrawala cinta terindahmu. Meski sangat nyata rindu ini hanya setitik kecil di samudera penantianmu. Meski sangat jelas, ingatan kepada bunda bukanlah apa-apa dibanding semua yang bunda lakukan. Pengorbanan, ketulusan, kasih sayang, sujud-sujud bunda, bahkan air mata kesedihan. Tak tertebus. Tanpa batas. Semoga Allah sajalah yang membalas itu semua dengan “Surga”.
Mumpung Ibu Masih ada, coba saat BELIAU tidur, saat matanya terpejam, kita tatap wajahnya itu 5 menit saja, kita akan tau bagaimana rasanya nanti bila wajah itu sudah tak ada di situ… Lakukan apapun yang bisa kamu lakukan untuknya… LAKUKAN SEKARANG wahai sohibku, bukan besok atau 5 menit lagi karena mungkin sekedip matamu dia akan pergi tak kembali.

Kekuatan Besar Ibu | The Great Power of Mother

Khansa’ Ummul Mujahidin wanita yang sudah tua namun semangat juangnya tetap menyala luar biasa. Ia mempunyai empat orang anak yang ia ajari ilmu agama dan dididik untuk berjuang dengan gagah berani. Ia pun mengirim keempat putranya untuk mengangkat senjata di medan jihad dengan berpesan bahwa “Jika perang berkecamuk, maka terjunlah kalian kedalamnya. Bersabarlah sejak awal, sebab dengan begitu kalian akan meraih kehidupan yang mulia di dunia atau menjadi syuhada dan bahagia diakhirat.”
Bertempurlah keempat putra khansa. Dengan tekad bulat untuk meraih surga diiringi do’a dan munajat bunda digaris belakang. Setelah pertempuran berakhir, ramailah pasukan islam menemui Khansa’ memberitahukan bahwa keempat anaknya telah menemui syahid. Al-Khansa’ menerima berita itu dengan tenang, gembira dan tidak tergoncang sedikitpun hatinya. Dia terus memuji Allah dengan ucapannya.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan kepadaku dengan gugurnya anak-anakku. Saya memohon kepada Allah agar dia mempertemukan aku dengan mereka di surga-Nya.”Inilah untaian kata indah yang terukir dari seorang ibu yang mengiringi gugurnya para syuhada belahan jiwa.
Dialah Khansa. Ia mempersembahkan keempat anaknya yang pemberani untuk membela Islam di medan jihad. Ia bersedih bukan lantaran “kehilangan” buah hatinya, akan tetapi ia sangat sedih karena tidak bisa lagi menyumbang bunga-bunga jihad di tengah kecamuk perang.
Dari peristiwa peperangan itu pula wanita Khansa mendapat gelaran kehormatan 'Ummu syuhada yang artinya ibu kepada orang-orang yang mati syahid."
Wahai Ibu Ditanganmulah generasi ini akan maju, dalam gendonganmulah kami menyusu, dalam cinta dan kasih sayangmu kami tumbuh. Engkaulah produsen pahlawan kehidupan. Membentuk dan memola generasi dengan sebaik-baik didikan, tangan bijak, berpijak pada semangat tarbiyah dzatiyah, pembinaan diri secara mandiri. Begitu dahsyat kegigihan ibu kita untuk mengantarkan kita sukses, dan mendidik generasi untuk menjadi aset dan investasi, baik di masa kini maupun di masa nanti, akhirat nan abadi.

“Seorang ibu adalah sekolah apabila engkau persiapkan dengan baik berarti engkau telah mempersiapkan generasi yang harum “
 (Syair Hafizh Ibrahim)

Bahkan Napoleon Bonaparte pernah ditanya, “ Benteng manakah diperancis yang paling kuat? “ Ia menjawab, “ Para ibu yang baik “.